Fiersa Besari





“Ternyata, bangun lebih pagi adalah pembunuh gerutu. Karena kita punya waktu untuk secangkir kopi, setampuk lamunan, dan secarik rindu.” 

– Fiersa Besari.


“Ternyata memang benar, ketika pujian membuat seseorang besar kepala, ia tidak lagi besar hati untuk menerima saran.” 

– Fiersa Besari.


"Nyatakan perasaan, hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.” 

– Fiersa Besari.


“Jangan cuma lihat senangnya, coba rasakan sedihnya. Hidup siapa pun tidak ada yang sempurna.” 

– Fiersa Besari.


“Kadang, yang terindah tak diciptakan untuk dimiliki. Cukup dipandangi dari jauh, lalu syukuri bahwa ia ada di sana untuk dikagumi dalam diam.” 

– Fiersa Besari.


“Mungkin, kita terlalu pandai berpura-pura hingga kita lupa bahwa kita sedang berpura-pura. Dan akhirnya kepura-puraan tersebut kita anggap kebenaran.” 

– Fiersa Besari.


“Tidak pernah terlalu pagi untuk berbahagia. Tidak pernah terlalu siang untuk memaafkan.” 

– Fiersa Besari.


“Kita butuh empati, lebih dari penghakiman. Butuh berbagi pendapat, lebih dari penghukuman. Butuh solusi, lebih dari sekadar kritik dan makian. Karena, yang lebih menyedihkan dari melihat seseorang yang berbuat kesalahan, adalah melihat orang-orang memaki seseorang yang berbuat kesalahan.” 

– Fiersa Besari


“Tidak perlu terlalu bergantung pada orang lain. Orang lain juga punya kepentingan masing-masing.” 

– Fiersa Besari.


““Perasaan” tidak pernah salah, tidak pernah bisa diatur. Cara menyikapi dan mengutarakannya yang menentukan apakah kita akan salah atau tidak.” 

– Fiersa Besari.


“Menyalahkan pengakuan orang lain itu mudah. Mengakui kesalahan sendiri itu yang sulit.” 

– Fiersa Besari.


“Menolong orang tidak perlu diiming-imingi ‘Nanti dapat pahala dan rezeki berlipat ganda’ Karena ketulusan tidak mengharapkan imbalan.” 

– Fiersa Besari.


“Selalu ada hari baru untuk setiap napas. Selalu ada kesempatan baru untuk kembali tersenyum.” 

– Fiersa Besari.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Rindu

Alfi Al-Ghazi

Tere Liye